Korsel, HR.ID - Yeum Hye-seon nenberi kabar mengejutkan, sang kancah voli Korea Selatan yang juga sebagai kapten Red Sparks kali ini bukan soal hasil pertandingan atau rekor transfer. Setter andalan yang selama ini dikenal tenang dan diplomatis, kini tampil berbeda: lantang, emosional, dan tanpa basa-basi.
Sesaat
setelah Elisa Zanet, pemain asal Italia yang baru saja diumumkan sebagai
pengganti Megawati Hangestri Pertiwi di posisi opposite utama Red Sparks, iapun
lantang membuat pernyataan.
Dalam sebuah
wawancara 17 Mei 2025 yang kini viral di media sosial Korea, Hye-seon menyatakan dengan
gamblang:
Bahwa megawati
sulit tergantikan apalagi sang pengganti tidak tidaklah selevel.
“Megawati
bukan sekadar pemain. Dia adalah jiwa Red Sparks. Tak ada yang bisa
menggantikannya. Tidak sekarang, tidak nanti. Elisa Zanet, dia tidak berada di level yang sama.”
Pernyataan
tersebut ada indikasi bukan sekadar kritikan. Ada sinyal penolakan dan Ini
sebuah ungkapan kekecewaan .
Sebagai
kapten yang telah menjalin chemistry luar biasa dengan Megawati selama dua
musim, Yeum Hye-seon tampaknya belum siap menerima kenyataan bahwa era Megawati
di Red Sparks telah berakhir.
Kedekatan
mereka bukan hanya terbentuk di lapangan, tapi juga di luar pertandingan.
Hye-seon bahkan mengaku masih rutin mengirim pesan kepada Mega—menanyakan
kabar, atau sekadar mengungkapkan rasa rindu.
“Saya bilang padanya, ‘Kapan kamu kembali, Karena
tim ini tidak pernah sama tanpamu,”kata Yeum Hye-seon melalu media The Sports
Times
Suatu ketegangan
yang memuncak ini ketika pelatih Koh Hee-jin secara resmi memperkenalkan Elisa
Zanet sebagai bagian dari skuad. Momen yang seharusnya menjadi awal dari babak
baru justru ditandai absennya dua sosok penting: Yeum Hye-seon dan libero
Nohran. Keduanya terlihat di sebuah kafe bersama beberapa pemain senior lainnya,
masih mengenakan jaket tim namun dengan ekspresi yang dingin.
Aksi diam
ini pun memunculkan spekulasi. Apakah ini bentuk protes Atau sinyal bahwa
kepercayaan terhadap arah baru tim mulai luntur.
“Kami tak ingin menjadi bagian dari sesuatu
yang kami sendiri tidak percayai,” ujar salah satu pemain.
Selain itu,
media Korea itu semakin memberi sorotan tajam yang mengarah ke manajemen tim
yang bahkan menyebut keputusan menggantikan trio legendaris, Megawati, Vanja
Bukilic, dan Pyo Seung-ju—sebagai langkah yang sembrono.
Padahal pelatih
Koh Hee-jin sudah mencoba meyakinkan publik bahwa trio pengganti Elisa Zanet,
Wipawee Srithong, dan Park Eun-jin akan membawa era baru Red Sparks. Namun
bukan sambutan hangat yang datang, melainkan badai keraguan.
“Red Sparks
kehilangan kekuatan intinya. Mengganti mereka dengan pemain yang belum teruji
bukanlah transisi ini adalah perjudian berisiko.” Sorot media itu.
Ini bukan
sekadar soal posisi, statistik, atau strategi. Ini soal kepercayaan,
kebersamaan, dan ikatan yang dibangun perlahan namun hancur dalam sekejap oleh
keputusan manajemen.
Kini Red
Sparks berada di persimpangan. Mampukah mereka membangun kembali soliditas tim?
Ataukah bayang-bayang Megawati akan terus membayangi, menyulitkan regenerasi,
dan mengguncang fondasi tim?
Zanet belum
pernah bermain di Liga Korea, Wipawee memiliki riwayat cedera, dan meski Park
Eun-jin menjanjikan, banyak pihak menilai ia belum siap mengemban tanggung
jawab sebesar itu.
Simbol
kehilangan juga terlihat dari nomor punggung. Angkaq 8, yang selama dua musim
terakhir dikenakan Megawati dan telah menjadi ikon dirinya di Red Sparks,
hingga kini belum disentuh siapa pun. Seolah menegaskan: secara fisik Megawati
mungkin telah pergi, tapi auranya masih menyelimuti tim.
“Saya tidak
menolak Elisa karena dia pemain asing. Tapi karena dia datang menggantikan
sosok yang tak tergantikan.” Tutup Yeum Hye-seon dalam wawancara itu.
Bagi Yeum
Hye-seon dan banyak penggemar Red Sparks lainnya, nama Megawati Hangestri
Pertiwi akan selalu abadi, takkan tergantikan, tak terlupakan selamanya.
Red: (MHR)
0 Please Share a Your Opinion.:
Diharap Memberi Komentar Yang Sopan & Santun
Terimakasih Atas Partisipasi Mengunjungi Web Kami