Friday, May 22, 2020

Memilih Cara, New Normal atau Herd Immunity


Oleh: Yansi


Corono menimbulkan problem, kehadirannya masuk kategori cepat  walaupun sebenarnya banyak spekulasi bahwa ini adalah cara baru dalam perang yang makin modern atau cara baru menjadikan Negara menjadi superior, itu adalah spekulasi dan masih dalam taraf diskusi panjang dan menjadi bahan perdebatan bahwa negara mana yang wabah awal corona. Kota Wuhan di China menjadi kota yang mulai di serang oleh virus ini,  Chinalah Negara pertama menjadi epicentrum awal virus ini,dengan berbagai spekulasi yang mengikutinya,  yang pasti virus ada dan telah menyerang hampir semua Negara di dunia, Negara besar atau kecil, demokrasi atau otoriter,

komunis atau Negara berdasarkan hukum agama, semua sudah di serang dengan keganasan virus ini yang kita tidak ketahui menular dari siapa dan jika kita tertular kitapun tidak mengetahui kapan dan di mana tertularnya, begitu ganasny virus ini oleh sebagian negara melakukan kunci wilayah ( lock down ) agar virus ini dapat di kendalikan.

Kecemasan, kepanikan dan problem hampir semua negara yang di serang oleh virus ini, korban berjatuhan dimana-mana angka kematian melonjak tajam dan di beberapa negara malah kewalahan melakukan proses penanganan yang akhirnya menimbulkan banyak korban. 

Oleh karena proses penanganan berbeda antar negara yang satu dengan yang lain, namun yang pasti adalah mengunci pergerakan penduduk adakah cara yang paling efektif untuk dapat menahan penyebaran virus ini.

Semua aktivitas penting menjadi terhambat, karena mengunci pergerakan penduduk adalah cara penanganan yang paling baik, namun ternyata berdampak pada sector lain, korban bisa di tekan, penyebaran dapat di perkecil, tapi ekonomi macet, pergerakan lambat, pemutusan gelombang pekerja terjadi di mana mana, penghentian aktivitas ekonomi melahirkan resesi ekonomi yang sangat parah sepanjang sejarah sehingga melahirkan banyak negara yang makin hari makin berat menanggung beban ekonominya sehingga berbagai pendekatan di lakukan agar supaya mengendalikan virus adalah aspek paling utama agar ekonomi bisa bergerak.

Pendemi ini merubah tatanan masyarakat dunia dengan sangat cepat, mengunci pergerakan membuat masyarakat tidak dapat bepergian, menimbulkan efek berantai, stress, konflik dalam rumah tangga, meningkatnya angka kriminalitas di beberapaa Negara sehingga banyak putusan yang harus di segerakan agar dapat menekan laju penyebaran virusnya. Negara-negara yang melakukan penguncian wilayah mulai panic, pertumbuhan eknominya lambat dan menghasilkan gelombang protes, orang yang telah berbulan bulan di rumah mulai terasa sesak, sehingga proses membuka kunci wilayah sudah mulai di lakukan beberapa Negara yang menerapkan lock down, namun pergerakan masih tetap di batasi hanya pada saat penting.

Merubah gaya hidup dan berinteraksi ( new normal )

Perubahan kebiasaan dan prilaku adalah keniscayaan, perubahan itu menjadi penting, jika tidak virus bisa jadi menulari kita dan orang lain, berubahnya prilaku karena situasi yang mengharuskan di lakukan, agar kita waspada, agar kita tidak cemas, agar kita  tidak berada dalam ketakutan sehingga kita harus beradaptasi dengan situasi. Perubahan prilaku adalah upaya kita mengadopsi prilaku bersih, teliti, rutin agar tidak menimbulkan ketakutan baru, ada 3 model perubahan prilaku kesehatan dengan 3 faktor esensinya yaitu, pertama, kesiapan individu untuk merubah prilaku dalam rangka mengindari suatu penyakit atau memperkecil resiko kesehatan, kedua, ada dorongan dalam lingkungan individu untuk membuatnya berubah dan ketiga, prilaku itu sendiri. Perubahan ini di dorong oleh lingkungan dan persepsinya terhadap bahaya yang di hasilkan dari penyakit atau virus yang muncul, bagaimana potensi ancamanya sehingga perubahan itu memberi dampak keuntungan.

Kita harus mengadopsi gaya hidup baru, prilaku baru, kontak fisik tidak lagi erat, berjabat tangan tidak lagi kita lakukan apalagi bersentuhan pipi semua mesti kita tinggalkan, pola makan berubah, jika tidak berisi vitamin yang kita butuhkan maka kita akan tidak mengkonsumsinya, tidak lagi ingin duduk berlama lama bercengkrama di tempat keramaian atau sebelum duduk saling menyemprotkan disenfektan atau jika ingin berjabat tangan harus lebih dahuku menggunakan handsanitiser, interaksi di batasi hanya kepada orang yang kita percayai tidak membawa virus. Inilah perubahan yang mesti di jalani agar kita terhindar dari penularan dan juga tidak menularkan, proses ini berlangsung sampai vaksinnnya di temukan.

Bagaimana dengan kita ?

Sejak Pembatasan sosial berskala besar ( PSBB ) di berlakukan, proses meningkatan  angka positif corona semakin hari semakin bertambah jumlah kasus dengan kurva penurunannya belum pernah terjadi, apakah karena rapid tess atau PCR di lakukan sehingga jumlah kasus meningkat ataukah factor suasana menjelang idul fitri yang hampir semua masyarakat di seluruh wilayah tidak mampu lagi menahan diri untuk tidak keluar rumah untuk melakukan pembelian alat kelengkapan menjelang idul fitri menjadi sumbangan meningkatkan kasus positif, pasar jadi ramai dan semua aturan protocol kesehatan kecuali penggunaan masker yang di lakukan, jaga jarak terabaikan, kerumunan terjadi.  

Saat artikel ini di tulis , angka positif corona 19,189 positif terjadi penambahan terbesar positif 693 kasus.  13,372 kasus aktif, 1,242 meninggal dan sembuh 4,575. Jakarta menempati urutan pertama, sehingga perpanjangan PSBB nya sampai 4 juni 2020.  jawa timur selanjutnya jawa barat dan Sulawesi selatan, hampir semua propinsi terjadi penambahan kasus positif. Sadar atau tidak, kita berada dalam situasi kecemasan dan ketakutan akibat informasi dan berita yang yang memberikan gambaran betapa bahayanya bila virus itu menyerang kita di tambah lagi jika kita mempunyai penyakit bawaan lainnya, diabetes, tekanan darah, kolesterol yang tingga dan asma yang mungkin akan menambah beban derita jika kita tertular, sehingga melahirkan ketakutan baru yang bisa jadi akan menjadikan kita waspada, takut dan cemas akhirnya melahirkan paranoid dan menjurus ke stres menjadi satu kesatuan yang berada dalam pikiran kita, untuk itu prilaku harus berubah untuk bisa bertahan dalam situasi yang tidak menentu tambahan ketakutan baru adalah adanya aturan dan larangan yang setiap saat berubah dan tidak dapat di prediksi sehingga melahirkan gelombang protes dan hujatan di mana-mana, mall dan pasar di buka, tempat ibadah di tutup, kendaraan pribadi boleh bergerak, tranportasi yang tadinya di larang di buka lagi yang semakin menambah beban di samping factor ekonomi yang sangat memukul dan mempengaruhi kehidupan kita dan semakin
menambah tingkat stress.

Pergerakan masyarakat tidak di kunci rapat melahirkan penambahan kasus postif corona meningkat, Pembatasan di lakukan tetapi tetap pergerakan berlangsung, protocol kesehatan di ikuti, di rumah saja jika tidak ada keperluan mendesak, jika keluar rumah gunakan masker, rajin cuci tangan dan hindari kerumunan, di ikuti, karena pembatasan tidak ketat maka prosesnya  menjadikan masyakarat tidak disiplin, padahal kunci utama menurunkan orang tertular adalah pembatasan dan mengunci pergerakan orang.

Jika ingin selamat, disiplinkan diri

Apakah ini akan berlaku, dalam istilah yang lagi populer adalah herd immunity menurut teori ini, konsep ini di adopsi oleh para ahli epidemologi yang menggambarkan bagaimana orang secara koletif dapat mencegah infeksi jika beberapa persen dari populasi memiliki kekebalan terhadap suatu penyakit. Semakin banyak orang yang kebal terhadap suatu penyakit, semakin sulit bagi bagi penyakit tersebut menyebar karena telah banyak orang yang terinfeksi kekebalan tubuh orang yang sudah terinveksi virus akan menjadi kebal.
Beberapa negera tidak melakukan penguncian pergerakan, Swedia, Taiwan, Inggris, Thailand, Singupura dan indoensia, namun di negara yang tidak melakukan penguncian, pemerintah dan masyarakat sadar akan bahwa virus ini berbahaya sehingga korban dapat di minimalisir, jika mengunci pergerakan adalah cara yang paling efektif untuk menekan penyebaran virusnya, maka masyarakat harus di beri bantuan selama penguncian berlangsung, pangan di penuhi, dan semua aspek yang berhubungan dengan penguncian pergerakan mesti di lakukan.

Banyak negara melakukan penguncian pergerakan, namun ada factor lain yang membuat negara tersebut menerima resiko lain, ekonomi, resesi terjadi, pertumbuhan ekonomi lambat, ini yang paling banyak negara mulai tidak kuat dengan beban berat sehingga ingin membuka kunci pergerakan walaupun dengan batasan-batasan yang dapat di lakukan.

Beberapa waktu dengan wabah yang semakin bergerak naik, masyarakat sadar akan penggunaan masker jika keluar rumah, bekerja dari rumah, rajin mencuci tangan, hindari kerumunan, tempat ibadah di tutup, dan semua yang berpotensi menimbulkan kerumunan di lakukan penutupan, namun di batasi tidak ketat, atauran berubah-ubah, mudik di larang transporatsi di longgarkan, efeknya menjadi besar, ekonomi melambat, defisit keuangan negara mencapai 1000 Triliun lebih, pertumbuhan ekonomi kwartal pertama hanya 2,9 %, pemerintah mulai gerah dan was-was, pembatasan tetap berjalan, namun pergerakan penduduk tetap juga bergerak, DILEMATIS  wacana pelonggaran mulai di gulirkan, dengan beberapa tahapan yang akan di lakukan tujuan nya adalah memulihkan produktivitas. Pertama, prakondisi kedua waktu, ketiga,prioritas dan keempat, koordinasi pusat dan daerah.

Beberapa kesempatan, tim gugus covid-19 membantah bahwa pelonggaran PSBB menuju kearah herd immunity, jika hal itu mendapat bantahan, maka pelonggaran PSBB yang di maksudkan adalah memberi ruang kepada masyarakat beraktifitas dengan protocol kesehatan yang ketat, kenapa di longgarkan oleh karena pemerintah beranggapan bahwa masyarakat sudah berdisiplin menggunakan masker, mencuci tangan, berdiam di rumah dan berprilaku sehat, walaupun psycal distencing ( jarak phisik ) dan jarak sosial tidak berlaku di area pasar tradisonal dan cenderung di abaikan,  kemudian proses pelonggaran PSBB juga ada tahapannya, mulai dari membuka pusat belanja, pusat belanja yang di buka pun bertahap dan manajemen pusat belanja yang tidak menerapkan protocol kesehatan yang ketat akan di cabut ijinnya,  transportasi di longgarkan, alasan bepergian di perketat, ini argumentasi  pemerintah.

 Pemerintah pasti tidak akan menyampaikan akan melakukan herd immunity dan pasti di bantah,  Namun jika teori herd immunity di teliti lebih jauh, pelonggaran penguncian itu nyaris sama dengan herd immunity,  kedisiplinan masyarakat dan perubahan pola prilakunya agar tidak tertular, sejatinya adalah menuju herd imunity, oleh karena jika melonggarkan penguncian dan memberi ruang masyarakat walaupun terbatas dalam melakukan pergerakan dalam batas protocol kesehatan yang ketat, maka masyarakatlah yang sebenarnya yang di harapkan memghambat penularan virus bukan oleh kebijakan pemeritah yang secara langsung menghambat. Pemerintah beranggapan masyarakat sudah disiplin, sedang ekonomi Negara tidak bergerak maka kebijakan pelonggaran di lakukan.

Jika penduduklah yang melakukan sendiri upaya untuk tidak tertular sedang kebijakan negara tidak mendukung kearah itu maka sejatinya adalah herd immunity akan terjadi dan itu akan secara alamiah, pemerintah ingin bahwa virus belum  ada vaksinnya sedang keuangan negara tidak cukup kuat untuk memback up kebutuhan rakyat, jalan yang akan di tempuh adalah melonggarkan kegiatan yang menumbuhkan pemulihan ekonomi namun ketat dalam  pergerakan penduduk. ( the end )

Penulis: Pemerhati Maslaha Sosial, Alumni UNHAS Makassar


SHARE THIS

Author:

MARI MEMBANGUN KEBERSAMAAN, BERSAMA KITA BERJUANG

0 Please Share a Your Opinion.:

Diharap Memberi Komentar Yang Sopan & Santun
Terimakasih Atas Partisipasi Mengunjungi Web Kami

Hukum

Kesehatan

»

Serba Serbi