Oleh: Yansi
Corono menimbulkan problem,
kehadirannya masuk kategori cepat
walaupun sebenarnya banyak spekulasi bahwa ini adalah cara baru dalam
perang yang makin modern atau cara baru menjadikan Negara menjadi superior, itu
adalah spekulasi dan masih dalam taraf diskusi panjang dan menjadi bahan
perdebatan bahwa negara mana yang wabah awal corona. Kota Wuhan di China
menjadi kota yang mulai di serang oleh virus ini, Chinalah Negara pertama menjadi epicentrum
awal virus ini,dengan berbagai spekulasi yang mengikutinya, yang pasti virus ada dan telah menyerang
hampir semua Negara di dunia, Negara besar atau kecil, demokrasi atau otoriter,
komunis atau Negara
berdasarkan hukum agama, semua sudah di serang dengan keganasan virus ini yang
kita tidak ketahui menular dari siapa dan jika kita tertular kitapun tidak
mengetahui kapan dan di mana tertularnya, begitu ganasny virus ini oleh
sebagian negara melakukan kunci wilayah ( lock down ) agar virus ini dapat di
kendalikan.
Kecemasan, kepanikan dan
problem hampir semua negara yang di serang oleh virus ini, korban berjatuhan
dimana-mana angka kematian melonjak tajam dan di beberapa negara malah
kewalahan melakukan proses penanganan yang akhirnya menimbulkan banyak
korban.
Oleh karena proses
penanganan berbeda antar negara yang satu dengan yang lain, namun yang pasti
adalah mengunci pergerakan penduduk adakah cara yang paling efektif untuk dapat
menahan penyebaran virus ini.
Semua aktivitas penting
menjadi terhambat, karena mengunci pergerakan penduduk adalah cara penanganan
yang paling baik, namun ternyata berdampak pada sector lain, korban bisa di
tekan, penyebaran dapat di perkecil, tapi ekonomi macet, pergerakan lambat,
pemutusan gelombang pekerja terjadi di mana mana, penghentian aktivitas ekonomi
melahirkan resesi ekonomi yang sangat parah sepanjang sejarah sehingga
melahirkan banyak negara yang makin hari makin berat menanggung beban
ekonominya sehingga berbagai pendekatan di lakukan agar supaya mengendalikan
virus adalah aspek paling utama agar ekonomi bisa bergerak.
Pendemi ini merubah tatanan
masyarakat dunia dengan sangat cepat, mengunci pergerakan membuat masyarakat
tidak dapat bepergian, menimbulkan efek berantai, stress, konflik dalam rumah
tangga, meningkatnya angka kriminalitas di beberapaa Negara sehingga banyak
putusan yang harus di segerakan agar dapat menekan laju penyebaran virusnya.
Negara-negara yang melakukan penguncian wilayah mulai panic, pertumbuhan
eknominya lambat dan menghasilkan gelombang protes, orang yang telah berbulan
bulan di rumah mulai terasa sesak, sehingga proses membuka kunci wilayah sudah
mulai di lakukan beberapa Negara yang menerapkan lock down, namun pergerakan
masih tetap di batasi hanya pada saat penting.
Merubah gaya hidup dan
berinteraksi ( new normal )
Perubahan kebiasaan dan
prilaku adalah keniscayaan, perubahan itu menjadi penting, jika tidak virus
bisa jadi menulari kita dan orang lain, berubahnya prilaku karena situasi yang
mengharuskan di lakukan, agar kita waspada, agar kita tidak cemas, agar
kita tidak berada dalam ketakutan
sehingga kita harus beradaptasi dengan situasi. Perubahan prilaku adalah upaya
kita mengadopsi prilaku bersih, teliti, rutin agar tidak menimbulkan ketakutan
baru, ada 3 model perubahan prilaku kesehatan dengan 3 faktor esensinya yaitu,
pertama, kesiapan individu untuk merubah prilaku dalam rangka mengindari suatu
penyakit atau memperkecil resiko kesehatan, kedua, ada dorongan dalam
lingkungan individu untuk membuatnya berubah dan ketiga, prilaku itu sendiri.
Perubahan ini di dorong oleh lingkungan dan persepsinya terhadap bahaya yang di
hasilkan dari penyakit atau virus yang muncul, bagaimana potensi ancamanya
sehingga perubahan itu memberi dampak keuntungan.
Kita harus mengadopsi gaya
hidup baru, prilaku baru, kontak fisik tidak lagi erat, berjabat tangan tidak
lagi kita lakukan apalagi bersentuhan pipi semua mesti kita tinggalkan, pola
makan berubah, jika tidak berisi vitamin yang kita butuhkan maka kita akan
tidak mengkonsumsinya, tidak lagi ingin duduk berlama lama bercengkrama di
tempat keramaian atau sebelum duduk saling menyemprotkan disenfektan atau jika
ingin berjabat tangan harus lebih dahuku menggunakan handsanitiser, interaksi
di batasi hanya kepada orang yang kita percayai tidak membawa virus. Inilah
perubahan yang mesti di jalani agar kita terhindar dari penularan dan juga
tidak menularkan, proses ini berlangsung sampai vaksinnnya di temukan.
Bagaimana dengan kita ?
Sejak Pembatasan sosial
berskala besar ( PSBB ) di berlakukan, proses meningkatan angka positif corona semakin hari semakin
bertambah jumlah kasus dengan kurva penurunannya belum pernah terjadi, apakah
karena rapid tess atau PCR di lakukan sehingga jumlah kasus meningkat ataukah
factor suasana menjelang idul fitri yang hampir semua masyarakat di seluruh
wilayah tidak mampu lagi menahan diri untuk tidak keluar rumah untuk melakukan
pembelian alat kelengkapan menjelang idul fitri menjadi sumbangan meningkatkan
kasus positif, pasar jadi ramai dan semua aturan protocol kesehatan kecuali
penggunaan masker yang di lakukan, jaga jarak terabaikan, kerumunan
terjadi.
Saat artikel ini di tulis ,
angka positif corona 19,189 positif terjadi penambahan terbesar positif 693
kasus. 13,372 kasus aktif, 1,242
meninggal dan sembuh 4,575. Jakarta menempati urutan pertama, sehingga
perpanjangan PSBB nya sampai 4 juni 2020.
jawa timur selanjutnya jawa barat dan Sulawesi selatan, hampir semua
propinsi terjadi penambahan kasus positif. Sadar atau tidak, kita berada dalam
situasi kecemasan dan ketakutan akibat informasi dan berita yang yang
memberikan gambaran betapa bahayanya bila virus itu menyerang kita di tambah
lagi jika kita mempunyai penyakit bawaan lainnya, diabetes, tekanan darah,
kolesterol yang tingga dan asma yang mungkin akan menambah beban derita jika
kita tertular, sehingga melahirkan ketakutan baru yang bisa jadi akan
menjadikan kita waspada, takut dan cemas akhirnya melahirkan paranoid dan
menjurus ke stres menjadi satu kesatuan yang berada dalam pikiran kita, untuk
itu prilaku harus berubah untuk bisa bertahan dalam situasi yang tidak menentu
tambahan ketakutan baru adalah adanya aturan dan larangan yang setiap saat
berubah dan tidak dapat di prediksi sehingga melahirkan gelombang protes dan
hujatan di mana-mana, mall dan pasar di buka, tempat ibadah di tutup, kendaraan
pribadi boleh bergerak, tranportasi yang tadinya di larang di buka lagi yang
semakin menambah beban di samping factor ekonomi yang sangat memukul dan
mempengaruhi kehidupan kita dan semakin
menambah tingkat stress.
Pergerakan masyarakat tidak
di kunci rapat melahirkan penambahan kasus postif corona meningkat, Pembatasan
di lakukan tetapi tetap pergerakan berlangsung, protocol kesehatan di ikuti, di
rumah saja jika tidak ada keperluan mendesak, jika keluar rumah gunakan masker,
rajin cuci tangan dan hindari kerumunan, di ikuti, karena pembatasan tidak
ketat maka prosesnya menjadikan
masyakarat tidak disiplin, padahal kunci utama menurunkan orang tertular adalah
pembatasan dan mengunci pergerakan orang.
Jika ingin selamat,
disiplinkan diri
Apakah ini akan berlaku,
dalam istilah yang lagi populer adalah herd immunity menurut teori ini, konsep
ini di adopsi oleh para ahli epidemologi yang menggambarkan bagaimana orang
secara koletif dapat mencegah infeksi jika beberapa persen dari populasi memiliki
kekebalan terhadap suatu penyakit. Semakin banyak orang yang kebal terhadap
suatu penyakit, semakin sulit bagi bagi penyakit tersebut menyebar karena telah
banyak orang yang terinfeksi kekebalan tubuh orang yang sudah terinveksi virus
akan menjadi kebal.
Beberapa negera tidak
melakukan penguncian pergerakan, Swedia, Taiwan, Inggris, Thailand, Singupura
dan indoensia, namun di negara yang tidak melakukan penguncian, pemerintah dan
masyarakat sadar akan bahwa virus ini berbahaya sehingga korban dapat di
minimalisir, jika mengunci pergerakan adalah cara yang paling efektif untuk
menekan penyebaran virusnya, maka masyarakat harus di beri bantuan selama
penguncian berlangsung, pangan di penuhi, dan semua aspek yang berhubungan
dengan penguncian pergerakan mesti di lakukan.
Banyak negara melakukan
penguncian pergerakan, namun ada factor lain yang membuat negara tersebut
menerima resiko lain, ekonomi, resesi terjadi, pertumbuhan ekonomi lambat, ini
yang paling banyak negara mulai tidak kuat dengan beban berat sehingga ingin
membuka kunci pergerakan walaupun dengan batasan-batasan yang dapat di lakukan.
Beberapa waktu dengan wabah
yang semakin bergerak naik, masyarakat sadar akan penggunaan masker jika keluar
rumah, bekerja dari rumah, rajin mencuci tangan, hindari kerumunan, tempat
ibadah di tutup, dan semua yang berpotensi menimbulkan kerumunan di lakukan
penutupan, namun di batasi tidak ketat, atauran berubah-ubah, mudik di larang
transporatsi di longgarkan, efeknya menjadi besar, ekonomi melambat, defisit
keuangan negara mencapai 1000 Triliun lebih, pertumbuhan ekonomi kwartal
pertama hanya 2,9 %, pemerintah mulai gerah dan was-was, pembatasan tetap
berjalan, namun pergerakan penduduk tetap juga bergerak, DILEMATIS wacana pelonggaran mulai di gulirkan, dengan
beberapa tahapan yang akan di lakukan tujuan nya adalah memulihkan
produktivitas. Pertama, prakondisi kedua waktu, ketiga,prioritas dan keempat,
koordinasi pusat dan daerah.
Beberapa kesempatan, tim
gugus covid-19 membantah bahwa pelonggaran PSBB menuju kearah herd immunity,
jika hal itu mendapat bantahan, maka pelonggaran PSBB yang di maksudkan adalah
memberi ruang kepada masyarakat beraktifitas dengan protocol kesehatan yang
ketat, kenapa di longgarkan oleh karena pemerintah beranggapan bahwa masyarakat
sudah berdisiplin menggunakan masker, mencuci tangan, berdiam di rumah dan
berprilaku sehat, walaupun psycal distencing ( jarak phisik ) dan jarak sosial
tidak berlaku di area pasar tradisonal dan cenderung di abaikan, kemudian proses pelonggaran PSBB juga ada
tahapannya, mulai dari membuka pusat belanja, pusat belanja yang di buka pun
bertahap dan manajemen pusat belanja yang tidak menerapkan protocol kesehatan
yang ketat akan di cabut ijinnya,
transportasi di longgarkan, alasan bepergian di perketat, ini
argumentasi pemerintah.
Pemerintah pasti tidak akan menyampaikan akan
melakukan herd immunity dan pasti di bantah,
Namun jika teori herd immunity di teliti lebih jauh, pelonggaran
penguncian itu nyaris sama dengan herd immunity, kedisiplinan masyarakat dan perubahan pola
prilakunya agar tidak tertular, sejatinya adalah menuju herd imunity, oleh
karena jika melonggarkan penguncian dan memberi ruang masyarakat walaupun
terbatas dalam melakukan pergerakan dalam batas protocol kesehatan yang ketat, maka
masyarakatlah yang sebenarnya yang di harapkan memghambat penularan virus bukan
oleh kebijakan pemeritah yang secara langsung menghambat. Pemerintah
beranggapan masyarakat sudah disiplin, sedang ekonomi Negara tidak bergerak
maka kebijakan pelonggaran di lakukan.
Jika penduduklah yang
melakukan sendiri upaya untuk tidak tertular sedang kebijakan negara tidak
mendukung kearah itu maka sejatinya adalah herd immunity akan terjadi dan itu
akan secara alamiah, pemerintah ingin bahwa virus belum ada vaksinnya sedang keuangan negara tidak
cukup kuat untuk memback up kebutuhan rakyat, jalan yang akan di tempuh adalah
melonggarkan kegiatan yang menumbuhkan pemulihan ekonomi namun ketat dalam pergerakan penduduk. ( the end )
Penulis: Pemerhati Maslaha Sosial, Alumni UNHAS Makassar
0 Please Share a Your Opinion.:
Diharap Memberi Komentar Yang Sopan & Santun
Terimakasih Atas Partisipasi Mengunjungi Web Kami